PENGALAMAN SAAT TIDAK JADI MEMBELI
CORE PRODUCT DI JASA PRINT
sebelum penulis menceritakan pengalamannya, mari pelajari terlebih dahulu pengertian suatu produk dari pandangan para ahli.
Dalam pengertiannya, Philip kotler
menyatakan bahwa produk merupakan “segala sesuatu yang ditawarkan ke
pasar untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan” (1997:52). Namun selama ini banyak penjual melakukan
kesalahan dengan memberikan perhatian lebih banyak pada produk fisik daripada
manfaat yang dihasilkan dari produknya. Mereka menempatkan diri lebih dari
sebagai penjual daripada memberikan pemecahan kebutuhan. Padahal perusahaan harus
berpusat pada kebutuhan pelanggan, bukan hanya pada keinginan yang sudah ada.
Hal ini dikarenakan produk merupakan alat untuk memecahkan masalah konsumen.
Fandy Tjiptono menyatakan bahwa dalam
merencanakan penawaran suatu produk, pemasar perlu memahami lima tingkatan
produk:
1. Produk utama atau inti (core
benefit), yaitu manfaat yang sebenarnya dibutuhkan dan akan dikonsumsi
pelanggan setiap produk.
2. Produk generic, produk dasar yang
memenuhi fungsi produk paling dasar/rancangan produk minimal dapat berfungsi.
3. Produk harapan (expected product)
yaitu produk formal yang ditawarkan dengan berbagai atribut dan kondisinya
secara normal diharapkan dan disepakati untuk dibeli.
4. Produk pelengkap (equipmented
product) yaitu berbagai atribut produk yang dilengkapi/ditambahi berbagai
manfaat dan layanan sehingga dapat menentukan tambahan kepuasan dan dapat dibedakan
dengan produk asing.
5. Produk potensial, yaitu segala macam
tambahan dan perubahan yang mungkin dikembangkan untuk suatu produk dimasa
datang (1999:96- 97).
Dibawah ini merupakan pengalaman penulis tentang suatu core product yang
ditawarkan penjual namun penjual tersebut tidak memperhatikan adanya
equipmented product.
· Suatu saat pada malam hari saya
berniat untuk mencetak tugas bahasa inggris dengan alas an karena besok harinya
merupakan hari terakhir pengumpulan tugas, dengan tergesa-gesa saya mencari
tempat jasa print di sekitar rumah saya. Namun dengan kondisi yang hampir larut
malam, dan jarang sekali ada jasa print yang buka 24 jam saya pun tidak menemukan
jasa print yang berada didekat rumah saya. Tapi saya tidak patah semangat saya
terus mencari hingga sampainya saya di daerah kota sukabumi, jarak yang
ditempuh pun sudah lumayan cukup jauh dari posisi rumah saya berada. Tapi akhirnya
saya menemukan jasa print yang ternyata buka 24 jam, dan saat itu pun saya
langsung menghampiri toko yang menyediakan jasa print tersebut. Saya melihat hanya
ada satu orang karyawan di toko tersebut, dengan rasa tak sabar saya pun
langsung memberikan tugas saya yang telah saya simpan pada flash disk pada
karyawan teresbut, namun dengan wajah yang sedikit murung campur lelah salah
satu karyawan tersebut bertanya kepada saya “mau ngapain mas??” dengan nada
sedikit keras, dan saya menjawab “mau ngeprint tugas mas, bisa kan??” karyawan
tersebut menjawab “bisa” namun dengan wajah yang agak sedikit marah, dengan
menggerutu sambil menyalakan computer yang ia gunakan dan mengecek file yang
hendak akan di print.
Saat itu saya pun langsung mengambil flashdisk saya kembali
dan tidak jadi untuk memakai jasa print tersebut, karena saya pikir pelayanan
karyawan tersebut kepada saya kurang optimal. Dengan respons yang kurang baik
dari karyawan jasa print tersebut saya langsung berniat untuk mencari jasa
print baru.
Dari cerita diatas dapat diambil kesimpulan bahwa seorang wirausaha
tidaklah hanya memikirkan produk utama saja, namun produk yang lain pun harus
lah diperhatikan dan dimaksimalkan, sehingga bisa menimbulkan kepuasan pada
pelanggan.
Daftar pustaka
http://eprints.uny.ac.id/8664/3/bab%202%20-07404244008.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar