Selasa, 25 Oktober 2016

PENGALAMAN SAAT TIDAK JADI MEMBELI CORE PRODUCT DI JASA PRINT

PENGALAMAN SAAT TIDAK JADI MEMBELI CORE PRODUCT DI JASA PRINT
sebelum penulis menceritakan pengalamannya, mari pelajari terlebih dahulu pengertian suatu produk dari pandangan para ahli.
Dalam pengertiannya, Philip kotler menyatakan bahwa produk merupakan “segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan” (1997:52). Namun selama ini banyak penjual melakukan kesalahan dengan memberikan perhatian lebih banyak pada produk fisik daripada manfaat yang dihasilkan dari produknya. Mereka menempatkan diri lebih dari sebagai penjual daripada memberikan pemecahan kebutuhan. Padahal perusahaan harus berpusat pada kebutuhan pelanggan, bukan hanya pada keinginan yang sudah ada. Hal ini dikarenakan produk merupakan alat untuk memecahkan masalah konsumen.
Fandy Tjiptono menyatakan bahwa dalam merencanakan penawaran suatu produk, pemasar perlu memahami lima tingkatan produk:
1.    Produk utama atau inti (core benefit), yaitu manfaat yang sebenarnya dibutuhkan dan akan dikonsumsi pelanggan setiap produk.
2.    Produk generic, produk dasar yang memenuhi fungsi produk paling dasar/rancangan produk minimal dapat berfungsi.
3.    Produk harapan (expected product) yaitu produk formal yang ditawarkan dengan berbagai atribut dan kondisinya secara normal diharapkan dan disepakati untuk dibeli.
4.    Produk pelengkap (equipmented product) yaitu berbagai atribut produk yang dilengkapi/ditambahi berbagai manfaat dan layanan sehingga dapat menentukan tambahan kepuasan dan dapat dibedakan dengan produk asing.
5.    Produk potensial, yaitu segala macam tambahan dan perubahan yang mungkin dikembangkan untuk suatu produk dimasa datang (1999:96- 97).

Dibawah ini merupakan pengalaman penulis tentang suatu core product yang ditawarkan penjual namun penjual tersebut tidak memperhatikan adanya equipmented product.
·      Suatu saat pada malam hari saya berniat untuk mencetak tugas bahasa inggris dengan alas an karena besok harinya merupakan hari terakhir pengumpulan tugas, dengan tergesa-gesa saya mencari tempat jasa print di sekitar rumah saya. Namun dengan kondisi yang hampir larut malam, dan jarang sekali ada jasa print yang buka 24 jam saya pun tidak menemukan jasa print yang berada didekat rumah saya. Tapi saya tidak patah semangat saya terus mencari hingga sampainya saya di daerah kota sukabumi, jarak yang ditempuh pun sudah lumayan cukup jauh dari posisi rumah saya berada. Tapi akhirnya saya menemukan jasa print yang ternyata buka 24 jam, dan saat itu pun saya langsung menghampiri toko yang menyediakan jasa print tersebut. Saya melihat hanya ada satu orang karyawan di toko tersebut, dengan rasa tak sabar saya pun langsung memberikan tugas saya yang telah saya simpan pada flash disk pada karyawan teresbut, namun dengan wajah yang sedikit murung campur lelah salah satu karyawan tersebut bertanya kepada saya “mau ngapain mas??” dengan nada sedikit keras, dan saya menjawab “mau ngeprint tugas mas, bisa kan??” karyawan tersebut menjawab “bisa” namun dengan wajah yang agak sedikit marah, dengan menggerutu sambil menyalakan computer yang ia gunakan dan mengecek file yang hendak akan di print.
Saat itu saya pun langsung mengambil flashdisk saya kembali dan tidak jadi untuk memakai jasa print tersebut, karena saya pikir pelayanan karyawan tersebut kepada saya kurang optimal. Dengan respons yang kurang baik dari karyawan jasa print tersebut saya langsung berniat untuk mencari jasa print baru.
Dari cerita diatas dapat diambil kesimpulan bahwa seorang wirausaha tidaklah hanya memikirkan produk utama saja, namun produk yang lain pun harus lah diperhatikan dan dimaksimalkan, sehingga bisa menimbulkan kepuasan pada pelanggan.


Daftar pustaka

http://eprints.uny.ac.id/8664/3/bab%202%20-07404244008.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar